Secara filosofi, teratai ini walaupun hidup dalam lumpur namun tak sedikitpun lumpur dapat menempel pada bunganya. Dengan tidak adanya kotoran yang melekat ini merupakan simbul bahwa kesucian itu akan bebas dari segala kemelekatan (noda).
Teratai berhelai mahkota bunga delapan buah (asta dala), dijadikan simbul stana Asta Dewata (delapan manifestasi Prabhawa Hyang Widhi).
Bunga Padma (8 helai) dengan sarinya menunjukkan sembilan arah yang dikaitkan dengan Dewata Nawa Sanga (Sang - Bang - Tang - Ang - Ing - Nang - Mang - Sing - Wang - Yang; Atau disuarakan pula dengan Sa - Ba - Ta - A - I - Na - Ma - Si - Wa - Ya).
Padmasana juga melambangkan eksistensi makrokosmos budaya Bali, karenanya padmasana terbagi dalam tiga bagian (tri loka):
1. Bhur, alam para bhuta ~ posisi dibagian paling bawah, dilambangkan dengan Hyang Bedawang Nala (dewa yang membawa bumi dipundaknya, berwujud kura-kura). Hyang Bedawang Nala didampingi oleh 2 ekor naga, yaitu Hyang Antaboga & Hyang Basuki ~ yang bertugas menjaga keseimbangan bumi di pundak Hyang Bedawang Nala agar tidak goyah.
2. Bwah, alam manusia ~ posisi dibagian tengah, sering dilambangkan dengan ukiran/patung ornamen seperti karang asti/ gajah, karang paksi/ goak, pai dan bermacam-macam patra.
3. Swah, alam dewa ~ posisi paling atas, seolah berbentuk singgasana, pada umumnya akan terdapat relief Acintya (Sang Hyang Widhi); sedangkan pada bagian belakang biasanya berukiran lambang-lambang tunggangan para trimurti
Padmasana diposisikan di kaja-kangin (arah sebelah timur gunung Agung), namun pada pura Jagatnata biasanya ditempatkan di tengah pura.
Khusus di pura agung Besakih, fungsi padmasana ditujukan sebagai pemujaan untuk trimurti sehingga selanjutnya padmasana disebut Padmatiga.
Teratai berhelai mahkota bunga delapan buah (asta dala), dijadikan simbul stana Asta Dewata (delapan manifestasi Prabhawa Hyang Widhi).
Bunga Padma (8 helai) dengan sarinya menunjukkan sembilan arah yang dikaitkan dengan Dewata Nawa Sanga (Sang - Bang - Tang - Ang - Ing - Nang - Mang - Sing - Wang - Yang; Atau disuarakan pula dengan Sa - Ba - Ta - A - I - Na - Ma - Si - Wa - Ya).
Padmasana juga melambangkan eksistensi makrokosmos budaya Bali, karenanya padmasana terbagi dalam tiga bagian (tri loka):
1. Bhur, alam para bhuta ~ posisi dibagian paling bawah, dilambangkan dengan Hyang Bedawang Nala (dewa yang membawa bumi dipundaknya, berwujud kura-kura). Hyang Bedawang Nala didampingi oleh 2 ekor naga, yaitu Hyang Antaboga & Hyang Basuki ~ yang bertugas menjaga keseimbangan bumi di pundak Hyang Bedawang Nala agar tidak goyah.
2. Bwah, alam manusia ~ posisi dibagian tengah, sering dilambangkan dengan ukiran/patung ornamen seperti karang asti/ gajah, karang paksi/ goak, pai dan bermacam-macam patra.
3. Swah, alam dewa ~ posisi paling atas, seolah berbentuk singgasana, pada umumnya akan terdapat relief Acintya (Sang Hyang Widhi); sedangkan pada bagian belakang biasanya berukiran lambang-lambang tunggangan para trimurti
Padmasana diposisikan di kaja-kangin (arah sebelah timur gunung Agung), namun pada pura Jagatnata biasanya ditempatkan di tengah pura.
Khusus di pura agung Besakih, fungsi padmasana ditujukan sebagai pemujaan untuk trimurti sehingga selanjutnya padmasana disebut Padmatiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih buat komentarnya